Borobudur, salah satu monumen Buddha terbesar di dunia, telah lama menjadi subjek kajian para arkeolog dan sejarawan. Namun, seorang arkeolog asal Thailand, Dr. Anurak Sutham, baru-baru ini mencetuskan teori kontroversial yang mungkin akan mengubah cara kita melihat candi ikonik ini. Dalam sebuah penelitian yang mendalam, Dr. Anurak mendapati beberapa elemen yang tidak sesuai dengan seni Buddha klasik, sebaliknya lebih mirip dengan simbolisme dari Timur Tengah. Apakah mungkin Borobudur sebenarnya memiliki kaitan dengan Nabi Sulaiman dan Ratu Bilqis seperti yang disebut dalam Al-Quran? Artikel ini akan menelusuri penemuan dan hipotesis menarik ini.
Asal Usul Borobudur
Borobudur terletak di Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Dibangun pada abad ke-8 oleh Dinasti Syailendra, candi ini terkenal dengan ribuan relief dan patung Buddha yang mengelilingi strukturnya. Borobudur secara umum diakui sebagai candi Buddha Mahayana, dengan struktur berbentuk mandala yang melambangkan perjalanan menuju pencerahan. Namun, apakah semua relief dan simbol di Borobudur benar-benar sesuai dengan tradisi Buddha?
Temuan Aneh di Relief Borobudur
Dr. Anurak Sutham, seorang pakar arkeologi dari Thailand, menghabiskan lebih 20 tahun meneliti peninggalan Buddha di Asia Tenggara. Namun, ketika ia mengunjungi Borobudur, ia menemukan beberapa elemen yang tampak aneh:
- Simbol Geometris Tidak Lazim – Termasuk bintang segi delapan dan pola simetris yang lebih mirip dengan seni Timur Tengah daripada seni Buddhis.
- Simbol Non-Buddhis – Beberapa relief menunjukkan pola lingkaran dan segitiga yang lebih sering ditemukan dalam artefak dari peradaban Arab Selatan.
- Gaya Tokoh yang Berbeda – Beberapa figur manusia dalam relief tidak memiliki atribut khas Buddha, tetapi lebih menyerupai gaya Timur Tengah dengan pakaian dan postur tubuh yang berbeda.
Menghubungkan Borobudur dengan Nabi Sulaiman
Setelah menemukan simbol-simbol ini, Dr. Anurak mulai membandingkan relief di Borobudur dengan kisah dalam Al-Quran, terutama Surat An-Naml yang menceritakan tentang Nabi Sulaiman dan Ratu Bilqis:
- Singgasana dan Istana Megah – Sesuai dengan deskripsi istana Ratu Bilqis yang terbuat dari kaca.
- Sistem Drainase Kompleks – Kolam dan jalur air di situs Ratu Boko dikaitkan dengan istana Bilqis yang dikelilingi air.
- Simbol Geometris – Pola bintang delapan yang ditemukan juga muncul dalam seni arsitektur Arab kuno.
Reaksi Akademik
Meskipun hipotesisnya kontroversial, Dr. Anurak tetap meneruskan penelitiannya meskipun mendapat tentangan dari banyak ahli arkeologi. Beberapa menganggap pendekatannya terlalu spekulatif dan keluar dari konteks sejarah tradisional.
Pengaruh Lintas Budaya di Borobudur
Jika teori ini benar, Borobudur mungkin tidak hanya sekadar candi Buddha, tetapi juga merupakan hasil pertemuan budaya yang lebih kompleks, termasuk pengaruh dari Timur Tengah. Ini membuka kemungkinan baru dalam memahami sejarah awal Nusantara dan hubungan lintas budaya yang mungkin terjadi berabad-abad yang lalu.
Kajian Terdahulu yang Mendukung
Teori yang dikemukakan oleh Dr. Anurak turut mendapat sokongan dari pendekatan yang dibawa oleh Kyai Haji Fahmi Basya, seorang ilmuwan dan mufassir Al-Quran yang telah lama mengkaji kaitan antara peninggalan arkeologi dan isi kandungan Al-Quran. Dalam sesi webinar pada 22 Ogos 2021, beliau mengupas secara terperinci bagaimana struktur Borobudur dan beberapa kod matematik serta geometri yang ditemui padanya sepadan dengan kisah Nabi Sulaiman seperti yang tercatat dalam Surah An-Naml. Video penuh webinar ini boleh ditonton di YouTube melalui pautan berikut: https://youtu.be/8CfNMyEJhag
Sumber Video Penelitian
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang hipotesis ini, anda boleh menonton video lengkap di YouTube:
- Buktikan Borobudur Bukan Candi Buddha – Ilmuwan Thailand Mualaf
- Webinar Kajian Perspektif Islam & Arkeologi oleh KH Fahmi Basya
Kesimpulan
Apakah Borobudur sebenarnya peninggalan dari zaman Nabi Sulaiman? Meskipun belum ada kesimpulan pasti, penelitian ini menunjukkan bahwa sejarah selalu memiliki sisi yang lebih kompleks dari yang sering diajarkan. Mungkin sudah tiba masanya untuk melihat Borobudur bukan hanya sebagai monumen Buddha, tetapi sebagai simbol dari interaksi budaya global yang lebih luas.